Peran Saintis dalam Eksplorasi Energi di Laut Indonesia
Yuda Sukama, 1606894622
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Dengan
sekitar tujuh belas ribu pulau yang membentang dari Sabang sampai dengan
Merauke. 65% dari total wilayah
Indonesia merupakan wilayah laut. Indonesia
memiliki luas laut sekitar 5,9 juta km2 yang terdiri dari wilayah
teritorial sebesar 3,2 juta km2 dan wilayah Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE) sebesar 2,7 juta km2. Oleh karena itu, menjadikan Indonesia sebagai
salah satu negara yang memiliki lautan terluas di dunia. Disamping itu,
Indonesia terletak di antara dua samudra yang menjadikan Indonesia memiliki
keanekaragaman sumber daya
alam yang sangat melimpah. Sumber daya alam yang ada di Indonesia seperti sumber daya alam
hayati dan sumber daya alam non-hayati. Sumber daya alam hayati yaitu sumber
daya makhluk hidup, seperti ikan, tumbuhan laut, dan biota laut lainnya.
Sedangkan sumber daya alam non-hayati yaitu sumber daya bukan makhluk hidup,
baik sumber daya terbatas maupun sumber daya tak terbatas. Beberapa contoh
sumber daya alam non-hayati seperti bahan tambang, air, angin, pariwisata,
transportasi, dan lain sebagainya. Dalam essay ini, akan dibahas mengenai eksplorasi
sumber daya alam non-hayati di Indonesia dan juga peran saintis untuk
mengeksplornya.
Sumber Daya Laut
Dengan luasnya laut Indonesia, banyak sumber
daya di laut yang dapat dieksplorasi lebih jauh untuk kepentingan ekonomi bagi
Indonesia. Salah satu contoh sumber daya alam yang dapat dieksplorasi yaitu
sumber daya alam non-hayati sektor minyak, gas, dan mineral. Richardson (2008)
menyebutkan area pesisir dan laut lepas memproduksi sekitar 70% dari total
produksi minyak dan gas. Menurut data yang diterima, dari sektor minyak dan
gas, offshore sebesar US$ 68 miliar. Hasil tersebut hanya sebesar 70%
berasal dari produksi minyak dan gas sekitar pesisir pantai. Minyak dan gas
merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia.
Dalam beberapa tahun ini, kontribusi minyak dan gas di Indonesia sangat
berpengaruh terhadap harga minyak dan gas global. Statistik membuktikan
kenaikan eksplorasi minyak terus meningkat tahun 2008-2010 dengan rata-rata
sekitar 930,1 ribu barel per hari pada tahun 2008 dan terus meningkat hingga rata-rata
sekitar 953,9 ribu barel per hari pada tahun 2010.
Studi
juga menyebutkan terdapat 60 cekungan yang berpotensi untuk memperoleh minyak
dan gas yang besar. 40 cekungan berada di pesisir, 14 cekungan berada di
pantai, dan hanya 6 cekungan yang berada di daratan. Semua cekungan berpotensi
untuk menghasilkan sekitar 11.3 × 109 barel. Penambangan gas mencapai sekitar
101.7 × 1012 kaki kubik (1 meter kubik
sama dengan 35.3146665722 kaki kubik). Area-area ini juga kaya akan beberapa
jenis tambang mineral seperti emas, perak, besi, dan beberapa mineral berat
lainnya. Kekayaan alam ini harus diimbangi dengan eksplorasi yang baik. Oleh
sebab itu, peran saintis dibutuhkan untuk meningkatkan mutu kerja penambang
minyak dan gas.
Krisis Minyak, Gas, dan Mineral
Minyak, gas, dan mineral merupakan sumber daya
alam non-hayati yang terbatas menjadikan minyak, gas, dan mineral mengalami
krisis. Indonesia di ambang krisis energi. Cadangan minyak di Indonesia
diperkirakan akan habis sekitar 11 tahun mendatang. Cadangan minyak Indonesia
sekitar 3.7 miliar barel. Sedangkan produksi minyak rata-rata sekitar 800 ribu
barel per hari. Jika tidak ditemukan cadangan minyak baru, cadangan minyak lama
akan habis sekitar 11 tahun lagi. Masalah yang sebenarnya yaitu Indonesia belum
menemukan cara untuk mencari jalan keluar dari permasalahan krisis energi ini.
Minyak
dan bahan bakar fosil lainnya menjadi salah satu bahan baku dari terciptanya
energi listrik. Hampir 90% dari pembangkit listrik masih menggunakan energi
fosil. Dengan berkurangnya energi fosil, maka akan semakin berkurangnya pasokan
energi listrik. Untuk mengakali kriris energi ini, para saintis mulai
menciptakan beberapa energi alternatif dengan pembangkit listrik yang
menggunakan sangat sedikit energi fosilnya. Indonesia mempunyai beragam potensi
untuk menciptakan energi alternatif, antara lain panas bumi atau geotermal,
tenaga angin laut, tenaga surya, tenaga gelombang, dan lain sebagainya.
Disisi
lain, energi yang selama ini kita gunakan hampir semuanya merupakan energi
terbatas. Beberapa data menyebutkan bahwa energi akan habis sekitar 11 tahun
mendatang.
Peran Saintis untuk Meningkatkan Kebutuhan Energi
Oleh
sebab itu, untuk menghemat energi yang terbatas agar tidak habis, para saintis
mulai mencari energi alternatif yang dapat diciptakan hingga energi tersebut
tidak akan habis. Salah satu contoh energi yang dapat diciptakan dari sektor
laut yaitu penggunaan turbin laut dengan gelombang arus laut. Turbin laut ini
harus diletakkan disekitar pantai atau dilautan yang dekat dengan daratan
sebagai tempat untuk menyimpan cadangan energi listrik. Syarat daerah perairan
yang efisien untuk menjadi tempat turbin menciptakan energi yaitu memiliki
kedalaman berkisar 20 meter dan memiliki kecepatan arus laut berkisar 2 m/s.
Jika turbin diletakkan di tengah laut, syarat perairan yang layak yaitu
memiliki kedalaman berkisar 190 meter dan memiliki kecepatan arus berkisar 0.5
m/s. Tetapi jika turbin laut di letakkan di tengah laut, akan sangat sulit
untuk mendirikan tempat penampung energi listriknya.
Energi
alternatif lain yaitu energi panas bumi. Energi panas bumi menggunakan energi
dari panas dalam perut bumi. Pembangkit energi dengan panas bumi akan terletak
disekitar gunung vulkanik karena panas bumi terdekat yang dapat dicapai berada
disekitar gunung vulkanik. Energi yang dihasilkan termasuk besar dan tentunya
energi ini tidak akan habis.
Kesimpulan
Energi yang sebagian besar masyarakat gunakan
adalah energi yang terbatas dan akan habis tidak lama dari sekarang. Oleh
karena itu, para saintis dituntut untuk menciptakan energi yang dapat menjadi
pengganti dari energi yang dipakai sebelumnya atau energi fosil. Energi
alternatif yang dapat digunakan yaitu energi tenaga arus laut atau gelombang
laut dan energi tenaga geotermal atau panas bumi. Dengan hanya menciptakan
berbagai energi alternatif, akan sangat sia-sia jika masyarakatnya tidak
menggunakan energi alternatif tersebut dan tetap menggunakan energi fosil. Oleh
karena itu, Masyarakat pun diharuskan untuk mengalihkan energi fosil ke energi
listrik. Contoh dari pengalihan energi dari energi fosil ke energi alternatif ini
yaitu menggunakan kendaraan listrik, menghemat sumber energi dari minyak dan
gas, dan mengganti alat-alat yang menggunakan minyak menjadi alat-alat yang
menggunakan energi listrik.
Referensi
- Rohi, Daniel, 2008, “Alternatif Pembangkit Tenaga Listrik yang Ramah Lingkungan di Indonesia”. fportfolio.petra.ac.id/user_files/97-030/Makalah2Rohi-UK%20Petra.doc, 27 September 2016.
- Nuryadin, Didi dkk, 2016, “The Economic of Marine Indonesia” The Economic of Marine Sector in Indonesia, http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2214241X16300463, 25 Agustus 2016.
- Moeck, Inga S., 2014, “Catalog of geothermal play types based on geologic controls”, http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1364032114003578, 25 Agustus 2016.
- Yuningsih, Ai dan Achmad Masduki, 2011, “Potensi Energi Arus Laut untuk Pembangkit Tenaga Listrik Di Kawasan Pesisir Flores Timur, NTT” Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 1, Hal. 13-25, file:///C:/Users/user/Documents/UI/jurnal%20energi%20alternatif%20IPB.pdf, 26 September 2016.
- Sub Portal BUMN. 2015. “Indonesia Di Ambang Krisis Energi” (Online), (http://www.bumn.go.id/emi/berita/29/Indonesia.Di.Ambang.Krisis.Energi) diakses tanggal 26 September 2016.